Teks Sambutan : Inspektur " APEL HARI SANTRI 2023 "

 


Teks Sambutan Inspektur APEL HARI SANTRI 2023

الحمد لله، والشكر لله، والصلاة والسلام على رسول الله، سيدنا ومولانا محمد ابن عبد الله،
وعلى اله وصحبه ومن والاه، و لا حول ولا قوة إلا بالله. امابعد

Assalamu ‘alaikum wrwb.

Yang kami muliakan, para masyayikh, jajaran pengurus Syuriah NU dan Tanfidziyah
Yang terhormat, para pejabat pemerintah, baik sipil maupun militer
Yang kami hormati, segenap pengurus Lembaga NU dan Badan Otonom NU
Yang kami banggakan, para santri dan warga NU di mana saja berada.


Bertepatan dengan Peringatan 70 Tahun Resolusi Jihad, Pemerintah memberikan
pengakuan peran penting perjuangan para ulama dengan menjadikan 22 Oktober sebagai
Hari Santri Nasional. Apresiasi ini disampaikan di Masjid Istiqlal yang dituangkan dalam
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tertanggal 15 Oktober 2015. Tentu, penetapan
dari Pemerintah Indonesia ini patut disyukuri sebagai momentum untuk mengenang dan
menghormati jasa perjuangan para pahlawan, seperti KH. Muhammad Hasyim Asy‘ari, KH.
Ahmad Dahlan. H.O.S Cokroaminoto, Tengku Fakinah, Maria Josephine Walanda Maramis,
dan lain-lain.


Merujuk sejarahnya, lahirnya Hari Santri Nasional bersumber pada fatwa KH. Muhammad
Hasyim Asy'ari. Sebelum fatwa itu lahir, para ulama pesantren Jawa-Madura menggelar
rapat di Kantor PBNU Jalan Bubutan, Surabaya, tanggal 21-22 Oktober 1945. Hasilnya, 2
keputusan yang berhasil menggerakkan rakyat melawan penjajahan:
Pertama, Memohon
dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap
dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan
kemerdekaan dan agama dan negara Indonesia terutama terhadap pihak Belanda dan
kaki tangannya.
Kedua, Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat
"sabilillah" untuk tegaknya Negara Republik Indonesia dan agama Islam. Kita kenal, fatwa
atau keputusan itu dengan nama "Resolusi Jihad".


Selain itu, beberapa peristiwa yang membutuhkan perjuangan untuk mempertahankan
kemerdekaan. Antara Iain, peristiwa perebutan senjata tentara Jepang pada 23
September 1945 yang pada akhirnya membawa Presiden Soekarno melalui utusannya
berkonsultasi kepada Kiai Hasyim Asy'ari, yang dinilai memiliki pengaruh di hadapan para
ulama. Fatwa ini memang patut ditahbiskan sebagai tonggak sejarah yang tidak hanya
bermakna heroik dalam konteks kemerdekaan Republik Indonesia, tapi juga sebagai
penanda paling Iugas dari tekad para ulama, sebagai rakyat Indonesia yang mencintai
bangsanya, untuk membangun peradaban baru dengan menetapkan berdirinya Republik
Indonesia sebagai Negara-Bangsa. Yaitu, NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
sehingga kewajiban mempertahankannya adalah kewajiban
Jihad Fi Sabilillah dengan
pahala syahid.


Jihad fi Sabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan
pasukan kolonial inilah yang menjadi esensi Fatwa Resolusi Jihad. Kala itu, para kiai dan
pesantrennya memimpin banyak perjuangan bagi kemerdekaan bangsa untuk mengusir
para penjajah. Sehingga, bisa disimpulkan Resolusi Jihad merupakan bagian dari cikal
bakal berkobarnya semangat para pahlawan untuk berjuang meraih kemerdekaan hingga
akhirnya tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Dari alur sejarah ini, bisa dipahami meski merupakan fatwa dari Hadlratus Syaikh KH.
Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar NU waktu itu bersama para ulama Iainnya, Resolusi
Jihad menjelma menjadi seruan yang disambut serempak oleh segenap anak bangsa di
seluruh Indonesia, dari semua kelompok dan kalangan, terlepas dari perbedaan Iatar
belakang apa pun, termasuk perbedaan agama.


Oleh sebab itu, seperti Hari Nasional Iainnya, Hari Santri adalah peringatan jasa dan
keteladanan para pahlawan secara umum, yakni sebagai momentum mengenang
KEPAHLAWANAN SEGENAP-BANGSA INDONESIA, bukan hanya satu kelompok tertentu
saja; Hari Santri harus benar-benar dipahami, dihayati, dan ditegakkan sebagai HARINYA
SELURUH BANGSA INDONESIA TANPA TERKECUALI, untuk mensyukuri “Berkat Rahmat
Allah Yang Maha Kuasa" yang telah mengaruniakan kepada bangsa ini generasi pahlawan
paripurna yang berhasil menyempurnakan Indonesia sebagai Bangsa Merdeka.
Meski demikian, Hari Santri tidak boleh dijadikan alasan oleh kelompok mana pun pada
generasi saat ini untuk menuntut balas jasa, tidak oleh Nahdlatul Ulama ataupun
pesantren. Kenapa? Karena yang berjasa mempertahankan kemerdekaan negara
Indonesia bukan generasi masa kini, bukan kita, melainkan para pahlawan agung dari
Generasi 1945 lalu. Tugas generasi saat ini, meski tidak turut serta berjuang bertaruh
nyawa untuk negara dan bangsa Indonesia, namun bisa mensyukuri kemerdekaan dan
mengenang jasa para pahlawan dengan membulatkan tekad untuk meneladani
perjuangan mereka, sesuai momentum yang dihadapi.


Demikian, semoga hari santri 2023 ini terus memotivasi kita warga NU untuk menapaki
abad kedua dengan semangat santri yang siap berjihad dan menjayakan negeri. Bahwa
kita tidak boleh sama sekali lengah hanya karena santri mendapat tempat terhormat
dengan adanya hari santri. Namun lebih dari itu, semangat kepahlawanan ulama yang
harus menjadi teladan bagi kita para pengurus dan warga NU untuk terus menerus
mengawal NU agar menjadi organisasi yang
rahmatan lil alamin.

Wassalamu ‘alaikum wrwb.

Disarikan dari Sambutan:
Dr (HC) KH. Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum PBNU


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama